Selasa, 26 April 2011

Perkembangan Remaja

PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Istilah pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari proses kehidupan manusia. Berk (dalam Ali & Asrori, 2006) memberi definisi tentang pertumbuhan dan perkembangan.  Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik atau tubuh manusia. Perubahan Fisiologis ini bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam masa tertentu. Pertumbuhan ini berupa pertambahan tinggi dan berat badan, tulang dan otot-otot lebih kuat, organ tubuh menjadi sempurna, dan perkembangan di beberapa bagain tubuh lainnya. Sementara perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Para ahli psikologi mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perubahan kemampuan dan karekteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis disebut sebagai kematangan.


PENGERTIAN REMAJA
Secara empiris, remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan masa remaja (adolescence) berlangsung antara umur 12 Tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. (Mappiare dalam Ali & Asrori, 2006). Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa.
Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006) mengungkapkan bahwa menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila mencapai umur 18, dan bukan umur 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Penafsiran dari berbagai ahli menunjukkan bahwa adanya perbedaan-perbedaan dalam memberikan definisi tentang remaja.
Suatu tahap transisi menuju ke status orang dewasa memunyai beberapa keuntungan. Tahap transisi memberi remaja suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan, tetapi masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan antara ketergantungan dengan kemandirian. Sulit untuk merasakan sepenuhnya kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri jika masih tinggal dirumah atau menerima bantuan keuangan dari orang tua. Dalam masa ini, remaja berkembang ke arah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga, dan menghadapi tugas untuk mencari mata pencaharian.

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MASA REMAJA
1.    Perkembangan Fisik.
Ketika seorang anak memasuki masa remaja dan telah mengalami masa pubertas, maka perkembangan fisik pun berkembang seiring dengan perkembangan pada masa pubertas remaja. organ-organ reproduksi mulai bekerja menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan dalam proses pertumbuhan.
Ciri-ciri bahwa anak laki-laki memasuki usia remaja ditandai dengan mimpi basah. Perubahan sekunder juga terjadi seperti perubahan suara menjadi bass, timbul jakun dan otot-otot mulai bertumbuh, pada anak perempuan ukuran buah dada dan pinggul membesar, dan pada kedua jenis kelamin mulai tumbuh rambut pubik. (Turner dan Helms, dalam Sarwono, 2006).

2.    Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada tahap ini, remaja  sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis.
Jean Piaget dalam (Ali dan Asrori, 2006) merupakan seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi empat tahap:
1.    Tahap sensori-motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar mengkoordinasikan tindakannya.
2.    Tahap Praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini disebut juga sebagai tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
3.    Tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan, taoi masih harus dengan bantuan benda konkrit dan belum mampu melakukan abstraksi.
4.    Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik, dan memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis.

Remaja seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berfikir abstrak, logis, rasional, serta mampu memecahkan masalah yang besifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan dan perlakukan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga mereka dapat menerima dengan mudah.
3.    Perkembangan Seksual
     Pubertas merupakan periode maturasi seksual yang mengubah seorang anak menjadi orang dewasa yang matang secara biologis yang mampu melakukan reproduksi seksual, dalam rentang waktu 3-4 tahun. Kematangan secara biologis pada masa purbertas ditandai  oleh menstruasi pada anak perempuan dan munculnya sel-sel sperma hidup dalam urine anak laki-laki.
Terdapat berbagai macam usia dimana pada saat mencapai masa pubertas. Sebuah penelitian yang dilakukan pada perempuan Indonesia dan perempuan Eropa oleh Braam, Leemhuis, Nijhuis (dalam Sarwono, 2009) diketahui bahwa Sembilan dari sepuluh perempuan Indonesia mendapatkan haid pertama pada rentang usia 12-15 tahun. Sebagai perbandingan rata-rata haid pertama perempuan Eropa adalah usia 13 tahun.
Dengan matangnya fungsi-fungsi seksual, maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual (libido Seksualitas). Sementara hubungan seksual hanya dihalalkan melalui hubungan pernikahan. Padahal pernikahan menuntut tanggung jawab besar. Sehingga banyak remaja yang mencari pemuasan hasrat seksual dengan cara yang tidak baik.
Efek psikologis dari masa pubertas pada remaja seperti perubahan mood secara tidak teratur, krisis kepercayaan diri, mudah tersinggung, semakin memerhatikan penampilan fisik dan mulai tertarik pada lawan jenisnya, dan lain-lain.
Berkaitan dengan mood, sebuah penelitian menjelaskan bahwa anak perempuan yang dewasa lebih cepat mengalami depresi dan kecemasan (Brooks-Gunn & Ruble dalam Atkinson, tanpa tahun) dan memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah (Simmon & Blyth dalam Atkinson, tanpa tahun) dibandingkan teman kelasnya yang belum beranjak dewasa. Pubertas juga memengaruhi hubungan anak perempuan dengan orangtuanya. Anak perempuan yang merasa dewasa akan lebih jarang berbicara dengan orang tuanya. (Atkinson, tanpa tahun)

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Robert J. Havighust (Ali dan Assori, 2005) mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu, dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia. Akan tetapi, jika menemui kegagalan akan menimbulkan kesulitan pada tugas-tugas berikutnya.
  Tugas perkembangan remaja di fokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk berprilaku dewasa, karena masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock, dalam (Ali dan Asrori, 2006) adalah:
1.        Berusaha menerima keadaan fisiknya yang mulai berubah.
2.        Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa agar tidak terjerumus dalam perilaku seks bebas.
3.        Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4.        Berusaha mencapai kemandirian emosional
5.        Berusaha mencapai kemandirian ekonomi
6.        Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7.        Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. Hal ini bertujuan mengajarkan kepada remaja untuk senantiasa menghormati orang yang lebih tua dari mereka dan menyayangi yang lebih muda.
8.        Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa.
9.        Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.    Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
  
KONFLIK REMAJA DAN ORANG TUA
Berkaitan dengan pandangan tradisioanal bahwa masa  remaja merupakan periode kekacauan personal. Masalah yang tidak dapat dihindari adalah  remaja dan orang tua menderita “kesenjangan generasi” yang ditandai oleh hubungan remaja orang tua yang tidak harmonis. Akan tetapi, riset tidak menujukkan bukti nyata adanya kesenjangan generasi.
Menurut Lerner, Karson, Meisel, & Knapp dalam (atkinson, tanpa tahun), bahwa orang tua dan anaknya memilki nilai dan sikap yang lebih mirip dibandingkan remaja dan kawan-kawannya dan bahkan ketika mereka berbincang-bincang dengan teman sebayanya tentang kultur remaja, misalnya bagaimana cara berpakaian, selera musik, dan sebagainya, remaja masih meminta nasehat orang tua tentang masalah yang penting.
Pada umumnya, konflik biasanya melibatkan aspek yang umum dari kehidupan keluarga, seperti pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, kamar yang berantakan, musik yang keras, penampilan pribadi, dan jam malam. Masalah yang lebih rumit seperti seks, cenderung tidak didiskusikan. Orang tua lebih sering berada dipersimpangan antara keharusan mempertahankan sistem keluarga dan membiarkan anak mereka meningkatkan haknya atas perilakunya sendiri.
Sebagian besar remaja dan orangtua belajar bernegosiasi untuk membangun komunikasi agar setiap masalah dapat diselesaikan dengan baik. Jika komunikasi tidak terjalain dengan baik, maka akan menimbulkan masalah yang lebih berat.
Untuk menghindari konflik, orang tua harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan anak remaja mereka, menerapkan pola pendidikan yang baik bagi fisik dan psikis anak remaja, mengenalkan sejak dini tentang ajaran agama, moral, dan akhlak yang baik sehingga mereka mampu melewati masa transisi dengan kegiatan yang produktif.

 KESIMPULAN
Dari berbagai uraian tersebut, maka dapat disimpulkan:
Masa Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini cenderung banyak remaja yang gagal karena terbawa arus pergaulan yang tidak sehat. Masa pencarian jati diri menyebabkan para remaja bertindak tidak sesuai dengan nalar yang logis.
Remaja sering terlibat konfik dengan orang tua mereka, sebab remaja cenderung bermain bersama teman-temannya daripada berkumpul dengan keluarga. Membangun komunikasi yang baik, mengajarkan ajaran agama, moral, dan akhlak yang baik adalah salah satu cara untuk membimbing remaja agar lebih produktif memanfaatkan masa muda.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Asrori, M. (2006). Psikologi Remaja. Cet. Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara
aAtkinson, R. L. Atkinson, R. C. Smith, E. E. Bem, D. J. (Tanpa Tahun). Pengantar Psikologi. Jilid I. Ed. Kesebelas. Batam: Interaksara.
bAtkinson, R. L. Atkinson, R. C. Smith, E. E. Bem, D. J. (Tanpa Tahun). Pengantar Psikologi. Jilid I. Ed. Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Boeree, C.G. (2008). General Psychology. Cet. I. Yogyakarta: Prismasophie.
Sarwono, S. W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

3 komentar: